Barang Siapa yang Merasakan, maka ia Mengenal dan Barang Siapa yang Mengenal, maka ia Menyelam

Ibrahim bin Basyar as-Shufi menceritakan, "Aku pergi bersama Ibrahim bin Adham, Abu Yusuf al-Gasuli, dan Abu Abdullah as-Sanjari. Kami menuju Iskandariah. Kami bertemu dengan aliran sungai yang disebut sungai Arden. Lau, kami duduk beristirahat. Abu Yusuf membawa beberapa roti kering. Ia meletakkannya di tengah-tengah kami. Kemudian, kami pun makan dan memuji Allah Swt. Aku berdiri dan berjalan untuk mengambil air bagi ibrahim. Maka Ibrahim cepat-cepat masuk ke sungai itu, sehingga air sungai tersebut sampai ke dua lutunya. Ia menciduk air dengan kedua telapak tangannya dan memenuhinya. Lalu, ia membaca bismillah. Setelah minum, ia mengucap alhamdulillah. Ia keluar dari sungai dan menyelonjorkan kedua kakinya. Kemudian, ia berkata, 'Wahai Abu Yusuf, jika saja para raja dan putra mahkota mengetahui berapa besar kenikmatan yang kita dapatkan dan betapa besar kebahagiaan kita, niscaya mereka akan memenggal kita dengan pedang-pedang mereka sepanjang hidup, kita hidup dalam kenikmatan dan tidak pernah lelah.'

***

"Aku berkata kepadanya, 'Wahai Abu Ishaq, banyak orang mencari kelapangan dan kenikmatan, tetapi mereka salah jalan, 'Ia tersenyum, kemudian berkata, 'Dari mana kamu dapatkan ucapan seperti ini?'

Imam ibnu Taimiyah berkata, “ sesungguhnya, di dunia terdapat surga, barang siapa yang tidaj memasukinya, maka tidak akan pernah masuk surga akhirat, “ ditanyakan kepadanya, “ apa itu ?” ia menjawab, “ itu adalah surga iman.”

Ada seorang ulama berkata, “ sesungguhnya para ahli qiyamul lail merasakan kenikmatan luar biasa yang jauh lebih dahsyat ketimbang orang yang terjebak dalam permainan yang melalaikan, sehingga, dalam hati mereka terkadang berlalu beberapa saat yang sangat menggembirakan, sampai-sampai mereka berkata,’andai saja penghuni surga mendapatkan kenikmatan, seperti yang aku rasakan ini, niscaya mereka berada di dalam kebahagiaan luar biasa.”
Dan ungkapan tersebut, muncul pertanyaan, kenikmatan apa ini ?” kelezatan apa ini ?

Salah satu dari orang-orang yang telah disebutkan sebelumnya, tidak memiliki dirham untuk mencukupi kebutuhan perutnya, tidak mempunyai rumah sebagai tempat tinggal, atau keledai yang bisa ditunggangi, atau pakaian baru selain yang dikenakanya walaupun demikian, mereka berbicaratentang kenikmatan dan kelezatan yang mereka rasakan.
Betul! Itu adalah kelezatan dan kenikmatan, kelezatan ridho, taat, berdekatan dengan Allah swt, mengenal Allah swt, ikhlas dan tulus dalam beribadah, ketenangan, serta kedamaian jiwa.

Bukankah semua ini merupakan kelezatan agung yang tidak didapatkan sebagian besar manusia? Kenikmatan apa yang didapatkan dari harta benda, jika pemiliknya kehilangn rasa aman, tenag, dan damai? Kenikmatan apa yang di dapatkan dari emas dan perak, jika pemiliknya didera rasa takut kehilanganya, gelisah atasnya, dan rakus untuk mengumpulkan segala tambahanya ? kebahagiaan hakiki adalah dalam naungan iman, ketaatan, serta bukan pada dirham, dinar, jabatan, dan pangkat.

Carilah kelezatan qiyamul lail  dan munajat kepada tuhan yang maha pengasih lagi penyayang. Jagalah setiap ketaatan yang bisa mendekatkan dirimu kepada Allah swt. Pada waktu itu kamu akan mendapatkan kebahagiaan hakiki yang kamu cari.
Barang siapa yang merasakan, maka ia akan mengerti. Dan, barang siapa yang mengerti, maka ia akan mengalami.



Dikutip dari : Jangan Bersedih karena Allah selalu Bersamamu karangan Mahmud Al-Mishri 



Penulis : Sakan Thullab ~ blog milik Departemen Informatika Dewan Tanfidzi Asrama Sakan Thullab yang menampung suara seluruh santri asrama Sakan Thullab

Artikel Barang Siapa yang Merasakan, maka ia Mengenal dan Barang Siapa yang Mengenal, maka ia Menyelam ini dipublish oleh Sakan Thullab pada hari Kamis, 02 Februari 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Barang Siapa yang Merasakan, maka ia Mengenal dan Barang Siapa yang Mengenal, maka ia Menyelam
 

0 comments:

Posting Komentar